Dua Perawan Lawan 7 Laki-Laki
Citybet - Dewasa ini memang pergaluan memang tak lagii sepertii dulu. Fresex, pergaulan bebas dll. Yuk siimak Kisah Bokep beriikut ini. Sebut saja namaqu Leyla, umurku 16 tahun, kelas 2 SMA. Sbg anak SMA, tiinggiiku relatiif sedang, 165 cm, dgn berat 48 kg, dan cup bra 36B. Untuk yg terakhiir iitu, aqu memang cukup pede. Meski sebenarnya wajahku cukup maniis (bukannya sombong, iitu kata kawan-kawanku…) aqu sudah lumayan lama menjomblo, 1 tahun. Itu kerana aqu amat selektiif memiiliih kekasih… enggak mau salah piiliih seperti yg terakhiir kali.
Di sekolah aqu punya kawan akrab bernama Shafiira. Dia orangnya lumayan cantiik, meski lebiih pendek dariiku, tetapi dia seriing banget gonta-gantii pacar. Shafiira memang sangat menariik, apalagii ia seriing menggunakan seragam atau pakaian yg minim… pedulii amat kata guru, pesona jalan terus!
Waktu darmawiisata sekolah ke Ciibubur, aqu dan dia sekamar, dan 4 orang laiin. 1 kamar memang dihunii 6 orang, tetapi sebenarnya kamarnya keciil banget… aqu dan Shafiira sampaii berantem sama guru yg mengurusii pembagian kamar, dan alhasiil, kita pun biisa memperoleh penginapan laiin yg sedikit lebiih jauh darii penginapan iinduk. Disana, kita berenam tiinggal dgn 1 kelompok perempuan laiinnya, dan di belakang penginapan kita, hanya terpiisah pagar tanaman, adalah penginapan laki-laki.
“Leyla, lo udah beres-beres, belom?” tanya Shafiira waktu diliihatnya aqu masiih asyiik tiidur-tiiduran sembari meniikmatii dingiinnya udara Ciibubur, laiin dgn Jakarta.
“Belom, ini baru mau beres-beres.” Jawabku sekenanya, kerana masiih malas bergerak.
“Nantii aja, deh. Kiita jalan-jalan, yuk,” ajak Shafiira santaii.
“Boleh juga…” gumamku sembari bangun dan menemaniinya jalan-jalan.
Kita berkeLaiiliing meliihat-liihat pasar lokal, penginapan iinduk, dan tempat-tempat laiin yg menariik. Di jalan, kita bertemu dgn Rico, Rahadi, dan Yudhi yg sepertinya sedang siibuk bawa banyak barang.
“Mau kemana, Yud?” sapa Shafiira.
“Eh, Shafiira. Aqu ama yg laiin mau piindahan niih ke penginapan laki-laki yg satunya, penginapan iinduk udah penuh siih.” Rico yg menjawab.
“Lo berdua mau bantu, nggak? Giila, aqu udah nggak kuat bawa se-muanya, niih.” Piintanya memelas.
“Oke, tetapi yg enteng ajaaa…” jawabku sembari mengambiil aliih beberapa barang riingan. Shafiira iikut meriingankan beban Rahadi dan Yudhi.
Sampaii di penginapan laki-laki, aqu bengong. Yg bener aja, masa iiya aqu dan Shafiira harus masuk ke sana? Akhiirnya aqu dan Shafiira hanya mengantar sampaii piintu. Yudhi dan Rahadi bergegas masuk, sementara Rico malah santaii-santaii di ruang tamu.
“Masuk aja kalii, Shafiira, Laiil.” Ajaknya cuek.
“Ngng… nggak usah, Yud.” Tolakku. Shafiira diam aja.
“Shafiira! Sini dong!” terdengar teriakan darii dalam. Aqu mengenaliinya sbg suara Firman.
“Aqu boleh masuk, ya?” tanya Shafiira sembari melangkah masuk sedikiit.
“Boleh doooong!!” terdengar koor kompak anak laki-laki darii dalam. Shafiira langsung masuk, aqu tak punya piiliihan laiin selaiin mengiikutiinya.
Di dalam, anak-anak laki-laki, sekiitar delapan orang, kalo Rico yg diluar nggak dihiitung, lagii asyiik nongkrong sembari maiin giitar. Begiitu meliihat kita, mereka langsung berteriak giirang,
“Eh, ada perempuan!! Serbuuuuu!!” Serentak, delapan orang iitu maju seolah mau mengejar kita, aqu dan Shafiira langsung mundur sembari tertawa-tawa. Aqu langsung mengenalii delapan orang iitu, Yudhi, Rahadi, Firman, Kiikii, Dana, Ben, Agam, dan Ronii. Semua darii kelas yg berbeda-beda.
Tak lama, aqu dan Shafiira sudah berada di antara mereka, bercanda dan ngobrol-ngobrol. Shafiira malah dgn santaii tiiduran telungkup di kasur mereka, aqu riisiih banget meliihatnya, tetapi diam aja. Entah siapa yg mulaii, banyak yg menyiindir Shafiira.
“Shafiir… nggak taqut digrepe-grepe lu di atas sana?” tanya Rahadi bercanda.
“Siapa beranii, ha?” tantang Shafiira bercanda juga. Tetapi Kiikii malah menanggapii seriius, tangannya naiik menyentuh bahu Shafiira. Perempuan iitu langsung memekiik menghiindar, sementara laki-laki-laki-laki laiin malah riibut menyorakii. Aqu makiin gugup.
“Shafiir, bener ya kata gosiip lo udah nggak perawan?” kejar Ronii.
“Kata siapa, ah…” balas Shafiira pura-pura marah.
Tetapi gayanya yg kenes malah dianggap sbg anggukan iiya oleh para laki-laki.
“Boleh dong, aqu juga nyiiciip, Shafiir?” tanya Dio.
Shafiira diam aja, aqu juga tambah riisiih. Apalagii pundak Firman mulaii ditempelkan ke pundakku, dan entah sengaja atau enggak, tangan Agam menyiilang di baliik punggungku, seolah hendak merangkul. Biingung kerana diiimpiit mereka, aqu memutuskan untuk enggak bergerak.
“Aqu masiih perawan, Leyla juga… kata siapa iitu tRahadi?” omel Shafiira sembari bergerak untuk turun darii kasur. Tetapi ditahan Ronii.
“Giitu aja marah, udah, kiita ngobrol lagii, jangan tersiinggung.” Bujuknya sembari mengelus-elus rambut Shafiira.
Aqu tahu Shafiira dulu pernah suka sama Ronii, jRahadi dia membii-arkan Ronii mengelus rambut dan pundaknya, bahkan enggak marah waktu dirangkul piinggangnya.
“Laiil, lo mau dirangkul juga sama aqu?” biisiik Agam di teliingaqu.
Rupanya ia menyadarii kalau aqu memperhatiikan tangan Ronii yg mengalungii piinggang Shafiira. Tanpa menunggu jawaban, Agam memeluk piinggangku, aqu kaget, namun sebelom protes, tangan Firman sudah menempel di pahaqu yg terbungkus celana selutut, sementara pelukan Agam membuatku mau tak mau berbariing di dadanya yg biidang. Teriakan protes dan penolakanku tenggelam di tengah-tengah sorakan yg laiin. Rico bahkan sampaii masuk ke kamar kerana mendengar riibut-riibut tRahadi.
“Aqu juga mau, dong!” Yudhi dan Kiikii menghampiirii Shafiira yg juga lagii dipeluk Ronii, sementara Rahadi, Ben, dan Rico menghampiiriiku.
Berbeda dgnku yg menjeriit ketaqutan, Shafiira malah keliihatan keenakan dipeluk-pelukii darii berbagaii arah oleh laki-laki-laki-laki yg mulaii kegiirangan iitu.
“Jangan!” teriakku waktu Rico menciium piipii, dan mulaii merambah biibiirku.
Sementara Ben menjiilatii leherku dan tangannya mampiir di dada kiiriiku, meremas-remasnya dgn gemas sampaii aqu ke-gelian. Kurasakan genggaman kuat Firman di dada kananku, Esexeseks.com sementara Rahadi menjiilatii pusarku. Terny-ata mereka sudah mengangkat pakaianku sampaii sebatas dada. Aqu menjeriit-jeriit memohon supaya mereka berhentii, tetapi sia-sia. Kuliiriik Shafiira yg sedang mendapat perlaquan sama darii Ronii, Yudhi, dan Kiikii, bahkan Dana sudah melucutii celana jiins Shafiira dan melemparnya ke bawah kasur.
Lama-kelamaan, rasa gelii yg niikmat membungkus tubuhku. Percuma aqu menjeriit-jeriit, akhiir-nya aqu pasrah. Meliihatnya, Agam langsung melucutii pakaianku, dan mencupang punggungku. Firman dan Rico bahkan sudah membuka seluruh pakaian mereka kecualii celana dalam. Aqu kagum juga meliihat dada Firman yg biidang dan harumnya khas laki-laki. Aqu hanya biisa terdiam dan meriingiis niikmat waktu dada biidang iitu mendekapku dan menciiumii biibiirku dgn ganas.
Aqu membalas ciiu-man Firman sembari meniikmatii biibiir Rahadi yg tengah mengulum payudaraqu yg ternyata sudah terl-epas darii peliindungnya. Kemaluanqu terasa basah, dan gatal. Seolah mengetahuiinya, Rico membuka celanaqu sekaliigus CDku sehiingga aqu langsung bugiil. Sedikit riisiih juga dipandangii dgn begiitu liar dan berhasrat oleh laki-laki-laki-laki iitu, tetapi aqu sudah mulaii keenakan.
“Ssshh…. aaakhh…” aqu mendesiis waktu Rahadi dan Ben melumat payudaraqu dgn liar.
“Mmmh, toket lo montok banget, Liiiiiiiil…” gumam Ben.
Aqu tersenyum bangga, namun enggak lama, kerana aqu langsung menjeriit keciil waktu kurasakan sapuan liidah di biibiir kemaluanqu.
“Ciihuy… Leyla emang masiih perawan…” Agam yg entah sejak kapan sudah berada di daerah rahasiaqu menyeriingaii. “Akkkhh… jangan Gam…” desahku waktu kurasakan keniikmatan yg tiada tara.
“Aqu udah kebelet, niiiih… aqu perawaniin ya, Laiil…” Tak terasa, sesuatu yg bundar dan keras menyusup ke dalam kemaluanqu, ternyata kemaluan Agam sudah siap untuk bersarang disana. Aqu men-desah-desah diiiriingii jeriitan kesakiitan waktu ia menyodokku dan darah segar mengaliir.
“Sakiiiiiit…” erangku.
Agam menyodok lagii, kalii ini kemaluannya sudah sepenuhnya masuk, aqu mulaii terbiasa, dan ia pun langsung menggenjot dan menyodok-nyodok. Aqu mengerang niikmat.
“Ssshh… terusss… yaaa, akh! Akh! Niikmat, Gam! Teruuss… sayg, puasiin aqu… Akkkhh…”
Sementara bokong Agam masiih bergoyg, laki-laki-laki-laki laiin yg sudah telanjang bulat juga mulaii berebutan menyodorkan kemaluan mereka yg sudah tegang ke biibiirku.
“Aqu dulu ya, Laiil… niih, lu karaoke,” ujar Rico sembari menyodokkan kemaluannya ke dalam mulutku.
Aqu sedikit canggung dan kaget meneriimanya, tetapi kemudian aqu mulaii mengulumnya dan mempermaiinkan liidahku menjelajahii barang Rico. Ia mendesah-desah keenakan sembari merem-melek. Sementara Ben masiih meniikmatii buah dadaqu, Rahadi nampaknya sudah mulaii beranjak ke arah Shafiira yg dikerubutii dan digenjot juga sama sepertiiku.
Bedanya, kuliihat Shafiira sudah nunggiing, ala doggy style, kemaluan Dana tengah menggenjot kemaluannya dan toketnya yg menggantung sedang dilahap oleh Kiikii, sementara mulutnya mengoral kemaluan Yudhi. Shafiira nampak amat meniikm-atiinya, dan laki-laki-laki-laki yg mengerumuniinya pun demiikian. Beberapa waktu kemudian, kuliihat Dana klimaks, dan kemudian Rico yg keenakan barangnya kuoral juga klimaks dalam mulutku, aqu kewalahan dan hampiir saja memuntahkan caiirannya.
Mendadak, kurasakan kemaluanqu banjiir, ternyata Agam sudah klimaks dan menembakkan sper-manya di dalam kemaluanqu, laki-laki iitu terbariing lemas di sampiingku, untuk beberapa meniit, kukiira ia tiidur, tetapi kemudian ia bangun dan menciiumii pusarku dgn penuh nafsu. Kini, kemaluanqu suda-h diiisii lagii dgn kemaluan Benii. Kemaluannya lebiih besar dan menggaiirahkan, sehiingga membuat mata-ku terbelalak terpesona. Benii menyodokkan kemaluannya dgn pelan-pelan sebelom mulaii mengg-enjotku, rasanya niikmat sekalii sepertii melayg.
Kedua kakiiku menjepiit piinggangnya dan bongka-han bokongku turut bergoyg penuh gaiirah. Kubiarkan tubuhku jRahadi miiliik mereka.
“Akkkhh…. ssshh… terus, teruuusss sayaaang… akh, niikmat, aaahhh…” erangku keenakan.
Buah dadaku yg bergoyg-goyg langsung ditangkap oleh mulut dan tangan Rico. Ia memaiinkan ujung pentil susuku dan mencubiit-cubiitnya dgn gemas, aqu semakiin berkelojotan keenakan, dan meracau enggak jelas,
“Akkkhh… teruuuss… entot aqu, entooott aqu teruuss! Aqu miiliik luu… aakhh…!!”
“IIya sayyyaangg… aqu entot lu sampe puasss…” sahut Ben sembari mencengkeram bokongku dan mempercepat goygan kemaluannya.
Rico juga semakiin lahap meniikmatii gunung kembarku, menjiilat, menggiigiit, menciium, seolah iingiin menelannya bulat-bulat, dan sebelom aqu sempat meracau lagii, Agam sudah mendaratkan biibiirnya di biibiirku, kita saliing berpagutan penuh gaiirah, meLaiiliitkan liidah dgn sangat liar, dan kliimaksnya waktu gelombang keniikmatan melandaqu sampaii ke puncaknya.
“Aaakkhh…. aqu mau…!” Belom selesaii ucapanku, aqu langsung klimaks.
Ben menyusul beber-apa waktu kemudian, dan kemaluanqu benar-benar banjiir. Tubuh Ben langsung jatuh dgn posiisii kemaluannya masiih dalam jepiitan kemaluanqu, ia memeluk piinggangku dan menciiumii pusarku dgn lemas. Sementara aqu masiih saja digeraygii oleh Agam yg tak pedulii dgn keadaanku dan memiinta untuk dioral, dan Rico yg menggosok-gosokkan kemaluannya di toketku dgn niikmat.
Beberapa waktu kemudian, Agam pun klimaks lagii. Agam jatuh dgn posiisii wajah tepat di sampiingku, sementara Rico tanpa belas kasiihan memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu, dan mengge-njotku lagii sementara aqu berciiuman penuh gaiirah dgn Agam. Selang beberapa waktu Rico org-asme dan jatuh meniindihku dgn kemaluan masiih menancap, ia memelukku mesra sebelom kemud-ian tertiidur. Aqu sempat mendengar erangan niikmat darii arah Shafiira, sebelom akhiirnya benar-benar tertiidur kecapekan, membiarkan Benii dan Agam yg masiih menciiumii sekujur tubuhku.
Selama tiiga harii kita disana, kita selalu melaqukannya setiap ada kesempatan. Sudah tak ter-hiitung lagii berapa kalii kemaluan mereka mencumbu kemaluanqu, namun aqu meniikmatii iitu semua. Bahk-an, biila tak ada yg meliihat, aqu dan Shafiira masiih seriing bermesraan dgn salah satu darii mereka, sepertii waktu aqu berpapasan dgn Agam di tempat sepii, aqu duduk di pangkuannya sementara tangannya menggeraygii dadaqu, dan biibiirnya berciiuman dgn biibiirku, dan kemaluan-nya menusuk-nusukku darii bawah.
Sungguh pengalaman yg mendebarkan dan penuh niikmat—tubuhku ini sudah digaulii dan dimiiliikii beramaii-ramaii, namun aqu malah ketagiihan.
Di sekolah aqu punya kawan akrab bernama Shafiira. Dia orangnya lumayan cantiik, meski lebiih pendek dariiku, tetapi dia seriing banget gonta-gantii pacar. Shafiira memang sangat menariik, apalagii ia seriing menggunakan seragam atau pakaian yg minim… pedulii amat kata guru, pesona jalan terus!
Waktu darmawiisata sekolah ke Ciibubur, aqu dan dia sekamar, dan 4 orang laiin. 1 kamar memang dihunii 6 orang, tetapi sebenarnya kamarnya keciil banget… aqu dan Shafiira sampaii berantem sama guru yg mengurusii pembagian kamar, dan alhasiil, kita pun biisa memperoleh penginapan laiin yg sedikit lebiih jauh darii penginapan iinduk. Disana, kita berenam tiinggal dgn 1 kelompok perempuan laiinnya, dan di belakang penginapan kita, hanya terpiisah pagar tanaman, adalah penginapan laki-laki.
“Leyla, lo udah beres-beres, belom?” tanya Shafiira waktu diliihatnya aqu masiih asyiik tiidur-tiiduran sembari meniikmatii dingiinnya udara Ciibubur, laiin dgn Jakarta.
“Belom, ini baru mau beres-beres.” Jawabku sekenanya, kerana masiih malas bergerak.
“Nantii aja, deh. Kiita jalan-jalan, yuk,” ajak Shafiira santaii.
“Boleh juga…” gumamku sembari bangun dan menemaniinya jalan-jalan.
Kita berkeLaiiliing meliihat-liihat pasar lokal, penginapan iinduk, dan tempat-tempat laiin yg menariik. Di jalan, kita bertemu dgn Rico, Rahadi, dan Yudhi yg sepertinya sedang siibuk bawa banyak barang.
“Mau kemana, Yud?” sapa Shafiira.
“Eh, Shafiira. Aqu ama yg laiin mau piindahan niih ke penginapan laki-laki yg satunya, penginapan iinduk udah penuh siih.” Rico yg menjawab.
“Lo berdua mau bantu, nggak? Giila, aqu udah nggak kuat bawa se-muanya, niih.” Piintanya memelas.
“Oke, tetapi yg enteng ajaaa…” jawabku sembari mengambiil aliih beberapa barang riingan. Shafiira iikut meriingankan beban Rahadi dan Yudhi.
Sampaii di penginapan laki-laki, aqu bengong. Yg bener aja, masa iiya aqu dan Shafiira harus masuk ke sana? Akhiirnya aqu dan Shafiira hanya mengantar sampaii piintu. Yudhi dan Rahadi bergegas masuk, sementara Rico malah santaii-santaii di ruang tamu.
“Masuk aja kalii, Shafiira, Laiil.” Ajaknya cuek.
“Ngng… nggak usah, Yud.” Tolakku. Shafiira diam aja.
“Shafiira! Sini dong!” terdengar teriakan darii dalam. Aqu mengenaliinya sbg suara Firman.
“Aqu boleh masuk, ya?” tanya Shafiira sembari melangkah masuk sedikiit.
“Boleh doooong!!” terdengar koor kompak anak laki-laki darii dalam. Shafiira langsung masuk, aqu tak punya piiliihan laiin selaiin mengiikutiinya.
Di dalam, anak-anak laki-laki, sekiitar delapan orang, kalo Rico yg diluar nggak dihiitung, lagii asyiik nongkrong sembari maiin giitar. Begiitu meliihat kita, mereka langsung berteriak giirang,
“Eh, ada perempuan!! Serbuuuuu!!” Serentak, delapan orang iitu maju seolah mau mengejar kita, aqu dan Shafiira langsung mundur sembari tertawa-tawa. Aqu langsung mengenalii delapan orang iitu, Yudhi, Rahadi, Firman, Kiikii, Dana, Ben, Agam, dan Ronii. Semua darii kelas yg berbeda-beda.
Tak lama, aqu dan Shafiira sudah berada di antara mereka, bercanda dan ngobrol-ngobrol. Shafiira malah dgn santaii tiiduran telungkup di kasur mereka, aqu riisiih banget meliihatnya, tetapi diam aja. Entah siapa yg mulaii, banyak yg menyiindir Shafiira.
“Shafiir… nggak taqut digrepe-grepe lu di atas sana?” tanya Rahadi bercanda.
“Siapa beranii, ha?” tantang Shafiira bercanda juga. Tetapi Kiikii malah menanggapii seriius, tangannya naiik menyentuh bahu Shafiira. Perempuan iitu langsung memekiik menghiindar, sementara laki-laki-laki-laki laiin malah riibut menyorakii. Aqu makiin gugup.
“Shafiir, bener ya kata gosiip lo udah nggak perawan?” kejar Ronii.
“Kata siapa, ah…” balas Shafiira pura-pura marah.
Tetapi gayanya yg kenes malah dianggap sbg anggukan iiya oleh para laki-laki.
“Boleh dong, aqu juga nyiiciip, Shafiir?” tanya Dio.
Shafiira diam aja, aqu juga tambah riisiih. Apalagii pundak Firman mulaii ditempelkan ke pundakku, dan entah sengaja atau enggak, tangan Agam menyiilang di baliik punggungku, seolah hendak merangkul. Biingung kerana diiimpiit mereka, aqu memutuskan untuk enggak bergerak.
“Aqu masiih perawan, Leyla juga… kata siapa iitu tRahadi?” omel Shafiira sembari bergerak untuk turun darii kasur. Tetapi ditahan Ronii.
“Giitu aja marah, udah, kiita ngobrol lagii, jangan tersiinggung.” Bujuknya sembari mengelus-elus rambut Shafiira.
Aqu tahu Shafiira dulu pernah suka sama Ronii, jRahadi dia membii-arkan Ronii mengelus rambut dan pundaknya, bahkan enggak marah waktu dirangkul piinggangnya.
“Laiil, lo mau dirangkul juga sama aqu?” biisiik Agam di teliingaqu.
Rupanya ia menyadarii kalau aqu memperhatiikan tangan Ronii yg mengalungii piinggang Shafiira. Tanpa menunggu jawaban, Agam memeluk piinggangku, aqu kaget, namun sebelom protes, tangan Firman sudah menempel di pahaqu yg terbungkus celana selutut, sementara pelukan Agam membuatku mau tak mau berbariing di dadanya yg biidang. Teriakan protes dan penolakanku tenggelam di tengah-tengah sorakan yg laiin. Rico bahkan sampaii masuk ke kamar kerana mendengar riibut-riibut tRahadi.
“Aqu juga mau, dong!” Yudhi dan Kiikii menghampiirii Shafiira yg juga lagii dipeluk Ronii, sementara Rahadi, Ben, dan Rico menghampiiriiku.
Berbeda dgnku yg menjeriit ketaqutan, Shafiira malah keliihatan keenakan dipeluk-pelukii darii berbagaii arah oleh laki-laki-laki-laki yg mulaii kegiirangan iitu.
“Jangan!” teriakku waktu Rico menciium piipii, dan mulaii merambah biibiirku.
Sementara Ben menjiilatii leherku dan tangannya mampiir di dada kiiriiku, meremas-remasnya dgn gemas sampaii aqu ke-gelian. Kurasakan genggaman kuat Firman di dada kananku, Esexeseks.com sementara Rahadi menjiilatii pusarku. Terny-ata mereka sudah mengangkat pakaianku sampaii sebatas dada. Aqu menjeriit-jeriit memohon supaya mereka berhentii, tetapi sia-sia. Kuliiriik Shafiira yg sedang mendapat perlaquan sama darii Ronii, Yudhi, dan Kiikii, bahkan Dana sudah melucutii celana jiins Shafiira dan melemparnya ke bawah kasur.
Lama-kelamaan, rasa gelii yg niikmat membungkus tubuhku. Percuma aqu menjeriit-jeriit, akhiir-nya aqu pasrah. Meliihatnya, Agam langsung melucutii pakaianku, dan mencupang punggungku. Firman dan Rico bahkan sudah membuka seluruh pakaian mereka kecualii celana dalam. Aqu kagum juga meliihat dada Firman yg biidang dan harumnya khas laki-laki. Aqu hanya biisa terdiam dan meriingiis niikmat waktu dada biidang iitu mendekapku dan menciiumii biibiirku dgn ganas.
Aqu membalas ciiu-man Firman sembari meniikmatii biibiir Rahadi yg tengah mengulum payudaraqu yg ternyata sudah terl-epas darii peliindungnya. Kemaluanqu terasa basah, dan gatal. Seolah mengetahuiinya, Rico membuka celanaqu sekaliigus CDku sehiingga aqu langsung bugiil. Sedikit riisiih juga dipandangii dgn begiitu liar dan berhasrat oleh laki-laki-laki-laki iitu, tetapi aqu sudah mulaii keenakan.
“Ssshh…. aaakhh…” aqu mendesiis waktu Rahadi dan Ben melumat payudaraqu dgn liar.
“Mmmh, toket lo montok banget, Liiiiiiiil…” gumam Ben.
Aqu tersenyum bangga, namun enggak lama, kerana aqu langsung menjeriit keciil waktu kurasakan sapuan liidah di biibiir kemaluanqu.
“Ciihuy… Leyla emang masiih perawan…” Agam yg entah sejak kapan sudah berada di daerah rahasiaqu menyeriingaii. “Akkkhh… jangan Gam…” desahku waktu kurasakan keniikmatan yg tiada tara.
“Aqu udah kebelet, niiiih… aqu perawaniin ya, Laiil…” Tak terasa, sesuatu yg bundar dan keras menyusup ke dalam kemaluanqu, ternyata kemaluan Agam sudah siap untuk bersarang disana. Aqu men-desah-desah diiiriingii jeriitan kesakiitan waktu ia menyodokku dan darah segar mengaliir.
“Sakiiiiiit…” erangku.
Agam menyodok lagii, kalii ini kemaluannya sudah sepenuhnya masuk, aqu mulaii terbiasa, dan ia pun langsung menggenjot dan menyodok-nyodok. Aqu mengerang niikmat.
“Ssshh… terusss… yaaa, akh! Akh! Niikmat, Gam! Teruuss… sayg, puasiin aqu… Akkkhh…”
Sementara bokong Agam masiih bergoyg, laki-laki-laki-laki laiin yg sudah telanjang bulat juga mulaii berebutan menyodorkan kemaluan mereka yg sudah tegang ke biibiirku.
“Aqu dulu ya, Laiil… niih, lu karaoke,” ujar Rico sembari menyodokkan kemaluannya ke dalam mulutku.
Aqu sedikit canggung dan kaget meneriimanya, tetapi kemudian aqu mulaii mengulumnya dan mempermaiinkan liidahku menjelajahii barang Rico. Ia mendesah-desah keenakan sembari merem-melek. Sementara Ben masiih meniikmatii buah dadaqu, Rahadi nampaknya sudah mulaii beranjak ke arah Shafiira yg dikerubutii dan digenjot juga sama sepertiiku.
Mendadak, kurasakan kemaluanqu banjiir, ternyata Agam sudah klimaks dan menembakkan sper-manya di dalam kemaluanqu, laki-laki iitu terbariing lemas di sampiingku, untuk beberapa meniit, kukiira ia tiidur, tetapi kemudian ia bangun dan menciiumii pusarku dgn penuh nafsu. Kini, kemaluanqu suda-h diiisii lagii dgn kemaluan Benii. Kemaluannya lebiih besar dan menggaiirahkan, sehiingga membuat mata-ku terbelalak terpesona. Benii menyodokkan kemaluannya dgn pelan-pelan sebelom mulaii mengg-enjotku, rasanya niikmat sekalii sepertii melayg.
Kedua kakiiku menjepiit piinggangnya dan bongka-han bokongku turut bergoyg penuh gaiirah. Kubiarkan tubuhku jRahadi miiliik mereka.
“Akkkhh…. ssshh… terus, teruuusss sayaaang… akh, niikmat, aaahhh…” erangku keenakan.
Buah dadaku yg bergoyg-goyg langsung ditangkap oleh mulut dan tangan Rico. Ia memaiinkan ujung pentil susuku dan mencubiit-cubiitnya dgn gemas, aqu semakiin berkelojotan keenakan, dan meracau enggak jelas,
“Akkkhh… teruuuss… entot aqu, entooott aqu teruuss! Aqu miiliik luu… aakhh…!!”
“IIya sayyyaangg… aqu entot lu sampe puasss…” sahut Ben sembari mencengkeram bokongku dan mempercepat goygan kemaluannya.
Rico juga semakiin lahap meniikmatii gunung kembarku, menjiilat, menggiigiit, menciium, seolah iingiin menelannya bulat-bulat, dan sebelom aqu sempat meracau lagii, Agam sudah mendaratkan biibiirnya di biibiirku, kita saliing berpagutan penuh gaiirah, meLaiiliitkan liidah dgn sangat liar, dan kliimaksnya waktu gelombang keniikmatan melandaqu sampaii ke puncaknya.
“Aaakkhh…. aqu mau…!” Belom selesaii ucapanku, aqu langsung klimaks.
Ben menyusul beber-apa waktu kemudian, dan kemaluanqu benar-benar banjiir. Tubuh Ben langsung jatuh dgn posiisii kemaluannya masiih dalam jepiitan kemaluanqu, ia memeluk piinggangku dan menciiumii pusarku dgn lemas. Sementara aqu masiih saja digeraygii oleh Agam yg tak pedulii dgn keadaanku dan memiinta untuk dioral, dan Rico yg menggosok-gosokkan kemaluannya di toketku dgn niikmat.
Beberapa waktu kemudian, Agam pun klimaks lagii. Agam jatuh dgn posiisii wajah tepat di sampiingku, sementara Rico tanpa belas kasiihan memasukkan kemaluannya ke kemaluanqu, dan mengge-njotku lagii sementara aqu berciiuman penuh gaiirah dgn Agam. Selang beberapa waktu Rico org-asme dan jatuh meniindihku dgn kemaluan masiih menancap, ia memelukku mesra sebelom kemud-ian tertiidur. Aqu sempat mendengar erangan niikmat darii arah Shafiira, sebelom akhiirnya benar-benar tertiidur kecapekan, membiarkan Benii dan Agam yg masiih menciiumii sekujur tubuhku.
Selama tiiga harii kita disana, kita selalu melaqukannya setiap ada kesempatan. Sudah tak ter-hiitung lagii berapa kalii kemaluan mereka mencumbu kemaluanqu, namun aqu meniikmatii iitu semua. Bahk-an, biila tak ada yg meliihat, aqu dan Shafiira masiih seriing bermesraan dgn salah satu darii mereka, sepertii waktu aqu berpapasan dgn Agam di tempat sepii, aqu duduk di pangkuannya sementara tangannya menggeraygii dadaqu, dan biibiirnya berciiuman dgn biibiirku, dan kemaluan-nya menusuk-nusukku darii bawah.
Sungguh pengalaman yg mendebarkan dan penuh niikmat—tubuhku ini sudah digaulii dan dimiiliikii beramaii-ramaii, namun aqu malah ketagiihan.
Komentar
Posting Komentar